Sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki iklim tropis dengan dua musim utama: musim kemarau dan musim hujan. Kondisi geografis ini menyebabkan tingginya curah hujan di Indonesia, terutama saat musim hujan, yang menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan berlangsung lebih lama dari biasanya pada periode 2024/2025. Kondisi ini berdampak signifikan pada sektor pertanian, terutama padi, yang merupakan komoditas utama dan sumber makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Curah hujan tinggi dapat meningkatkan kelembapan tanah, mengubah kondisi lahan, serta memperburuk serangan penyakit, sehingga petani perlu bersiap menghadapi tantangan dalam pengelolaan lahan dan budidaya agar tetap produktif.
Indonesia merupakan salah satu produsen padi terbesar di dunia, dan tanaman padi sangat bergantung pada kondisi cuaca dan tanah yang mendukung. Selama musim hujan, petani padi sering menghadapi tantangan seperti banjir dan meningkatnya tingkat keasaman tanah. Genangan air di lahan sawah dapat memperburuk dampak keasaman tanah, sehingga menghambat penyerapan nutrisi oleh tanaman. Tanah sawah yang terlalu asam mengandung unsur-unsur yang tidak larut, sehingga nutrisi penting seperti fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg) sulit diserap oleh tanaman. Keasaman tanah yang tinggi, yang sering disebut sebagai “asam-asaman,” merupakan masalah umum yang dapat menurunkan hasil panen padi.
Keasaman tanah di sawah ditandai oleh gejala-gejala tertentu yang memengaruhi kesehatan tanaman. Sawah yang bersifat asam umumnya memiliki pH di bawah 6,5. Tanaman yang tumbuh di tanah asam cenderung menunjukkan gejala seperti daun berwarna kuning kecokelatan, pertumbuhan terhambat, jumlah anakan yang sedikit, serta akar yang berwarna kuning kecokelatan dan tidak berkembang secara optimal. Kondisi ini terjadi karena tanah yang asam dapat merusak struktur akar dan membatasi aktivitas mikroba menguntungkan, sehingga penyerapan nutrisi menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, permasalahan ini harus segera diatasi untuk mencegah penurunan hasil panen.
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi kondisi tanaman akibat keasaman tanah guna mengoptimalkan produksi padi selama musim hujan yang lebih panjang. Petani dapat meningkatkan sistem drainase sawah, menggunakan varietas padi yang lebih toleran terhadap tanah asam, serta menerapkan MagneWish® yang dicampur dengan pupuk N, P, K sebagai solusi untuk mengatasi masalah keasaman tanah dan meningkatkan efisiensi penyerapan pupuk.
MagneWish® menggunakan teknologi peningkat efektivitas pupuk hayati dari BiOWiSH Technologies yang dilengkapi dengan teknologi HoloGene 3™, yang meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi pH tanah yang asam sekaligus mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal. Selain itu, kandungan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam MagneWish®, yang merupakan unsur hara makro sekunder esensial, terbukti mampu meningkatkan kesuburan tanah dengan menaikkan pH atau menurunkan keasaman tanah, meningkatkan infiltrasi air, memperkuat ketahanan tanaman, serta meningkatkan kualitas klorofil dalam daun untuk fotosintesis, sehingga menciptakan kondisi yang lebih baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal.
Teknologi HoloGene 3™ yang dikembangkan oleh BiOWiSH Technologies juga mendorong hubungan simbiosis antara tiga elemen utama: tanaman, tanah, dan mikroba asli dalam tanah. Bakteri endofit Bacillus dari BiOWiSH membantu melepaskan eksudat akar (gula dan enzim) yang meningkatkan aktivitas mikroba menguntungkan di sekitar akar tanaman (rhizosphere). Selain itu, Bacillus ini juga merangsang mikroba asli yang berperan dalam melarutkan nutrisi yang terikat dalam tanah serta memobilisasi pupuk N, P, K yang diaplikasikan, sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan mendukung penyerapan nutrisi oleh tanaman.
Bakteri Bacillus dari teknologi HoloGene 3™ memaksimalkan potensi hasil panen dengan meningkatkan penyerapan nutrisi melalui siklus rhizophagy. Tahap pertama adalah kolonisasi akar tanaman oleh mikroba BiOWiSH, yang memulai siklus berulang di mana mikroba membawa nutrisi dari tanah ke dalam tanaman. Tahap kedua adalah proliferasi eksudat tanaman, yang memperkuat siklus penyerapan nutrisi ini dan merangsang aktivitas mikroba menguntungkan asli dalam tanah. Tahap terakhir adalah optimalisasi kondisi tanah untuk meningkatkan perkembangan akar, sehingga meningkatkan aliran nutrisi ke tanaman melalui proses mass flow.
Melalui tahapan-tahapan ini, petani Indonesia dapat mempersiapkan pengelolaan sawah untuk mencegah potensi keasaman tanah atau langsung mengatasi tanaman padi yang sudah terdampak keasaman tanah dengan MagneWish®. Pada akhirnya, peningkatan hasil panen akan membawa harapan baru bagi petani Indonesia serta berkontribusi terhadap ketahanan pangan yang lebih kuat sekaligus mengurangi ancaman kelaparan.